The Shattered Light-Chapter 105: – Pertarungan Tanpa Jalan Kembali

If audio player doesn't work, press Reset or reload the page.
Chapter 105: – Pertarungan Tanpa Jalan Kembali

Ledakan cahaya dan bayangan beradu, mengguncang seluruh kuil. Kaelen melompat ke belakang, pedangnya bergetar akibat dampak benturan sebelumnya. Eryon berdiri di tengah kepulan energi yang berkecamuk di sekelilingnya, matanya bersinar keemasan dengan bayangan hitam yang berkumpul di sekeliling tubuhnya seperti kabut neraka.

Serina berlari ke sisi Kaelen, napasnya berat. "Kau baik-baik saja?"

Kaelen mengangguk sambil menatap Eryon dengan tajam. "Kita harus mengakhiri ini sebelum dia kehilangan kendali sepenuhnya."

Eryon mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, pilar-pilar batu di sekitar mereka retak dan melayang ke udara. Dengan satu gerakan cepat, dia melemparkan pecahan batu itu ke arah Kaelen dan Serina.

"Kalian tidak mengerti!" suara Eryon bergema di seluruh ruangan, bercampur dengan resonansi aneh dari Relik Cahaya. "Ini bukan kekuatan yang harus ditakuti! Ini adalah pembebasan dari dunia yang telah rusak!"

Kaelen melompat, menghindari pecahan batu yang berputar, lalu meluncur ke depan dengan cepat. Pedangnya bersinar saat ia mengayunkannya ke arah Eryon.

Namun, sebelum pedangnya bisa menyentuh, bayangan di sekitar tubuh Eryon menyebar, membentuk perisai hitam yang menyerap serangan itu. Mata Eryon berkilat. "Kaelen, kau selalu melihat dunia dalam hitam dan putih. Kau pikir aku telah berubah menjadi monster, tetapi aku akhirnya menjadi sesuatu yang lebih besar dari manusia biasa!"

Serina bergerak di sisi lain, menembakkan anak panah ke arah Eryon, tetapi sebelum anak panah itu bisa mendekat, pusaran cahaya dan kegelapan menyerapnya. Eryon meliriknya dengan tatapan dingin, lalu mengibaskan tangannya.

Gelombang energi meledak ke arah Serina, mendorongnya keras hingga menabrak dinding batu. Debu berhamburan, dan reruntuhan mulai berjatuhan dari langit-langit.

"Serina!" Kaelen berteriak, tetapi tidak ada waktu untuk mengecek keadaannya. Eryon telah melesat ke arahnya dengan kecepatan yang mustahil.

Kaelen menangkis serangan bertubi-tubi dari Eryon. Setiap tebasan yang ia lakukan terasa lebih berat, seolah pedangnya melawan gravitasi itu sendiri. Eryon, dengan setiap gerakan, menjadi semakin cepat dan kuat.

"Kau tidak bisa menang, Kaelen." Eryon menatapnya dengan tatapan penuh belas kasihan. "Relik Cahaya memilihku. Kau tidak bisa melawannya."

Kaelen menggeram, lalu melompat mundur, menata kembali strateginya. "Jika itu benar, kenapa tempat ini berusaha menghancurkan kita? Kenapa kekuatan itu tampak seperti tidak bisa dikendalikan?"

Untuk sesaat, ada keraguan di wajah Eryon. Tetapi itu segera menghilang ketika ia mengangkat tangannya sekali lagi, mengumpulkan lebih banyak energi.

Alden yang sejak tadi bersembunyi, berteriak, "Kaelen, lantai di bawah altar mulai runtuh! Relik itu tidak stabil!"

Kaelen melirik sekilas. Benar—lantai batu mulai retak, cahaya dan bayangan yang merembes dari bola kristal semakin liar. Tempat ini akan runtuh dalam hitungan menit.

Serina yang mulai bangkit, wajahnya berdarah, menyeringai. "Kau selalu punya kebiasaan buruk menghancurkan tempat-tempat kuno, Kaelen."

Kaelen terkekeh. "Bukan aku yang memulainya kali ini."

Serina mencabut dua belati dari pinggangnya, lalu melompat ke arah Eryon dengan kecepatan tinggi. Kaelen mengikutinya, dan dalam sekejap, mereka bertiga terlibat dalam pertempuran sengit.

Eryon mengayunkan lengannya, menciptakan gelombang energi yang membelah lantai. Serina menghindar dengan lompatan akrobatik, sementara Kaelen menebas pusaran energi dengan pedangnya. Percikan cahaya dan kegelapan membanjiri ruangan, menciptakan bayangan yang terus bergerak seperti makhluk hidup.

Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Dari dalam Relik Cahaya, muncul sosok bayangan, lebih besar dan lebih gelap dari yang pernah mereka lihat. Suara bisikan yang tadi memenuhi ruangan berubah menjadi jeritan yang mengerikan. Sosok itu, tanpa bentuk yang jelas, merentangkan sesuatu yang mirip dengan tangan dan menjerat Eryon. 𝑓𝑟ℯ𝘦𝓌𝘦𝘣𝑛𝑜𝓋𝑒𝓁.𝑐ℴ𝓂

Eryon berteriak kesakitan, tubuhnya bergetar saat energi yang mengalir ke dalam dirinya mulai melawan balik. Ia berusaha melepaskan diri, tetapi bayangan itu semakin erat mengikatnya.

Kaelen dan Serina mundur, menatap kejadian itu dengan ngeri.

Alden berteriak dari kejauhan, "Relik itu tidak hanya memberi kekuatan! Itu mengonsumsi penggunanya!"

Kaelen mengertakkan gigi. "Kita harus menghentikannya sekarang!"

Dengan seluruh kekuatannya, Kaelen berlari ke depan, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Serina, tanpa ragu, melompat bersamanya. Mereka menebas energi hitam yang melilit Eryon, mencoba membebaskannya sebelum terlambat.

Namun, Eryon menatap mereka dengan tatapan penuh kemarahan dan rasa sakit. "Tidak! Ini... kekuatanku! Aku tidak bisa kalah!"

Tubuhnya semakin bergetar, cahaya dan bayangan berputar liar di sekelilingnya. Namun, di matanya kini ada sesuatu yang berbeda—bukan hanya obsesi, tetapi juga ketakutan.

Eryon tersenyum lemah, darah menetes dari sudut bibirnya. "Aku pikir aku bisa mengubah dunia... tapi ternyata akulah yang diubah." Matanya menatap langit yang kini terbuka, seolah melihat sesuatu yang tidak bisa dipahami orang lain. "Kaelen... jangan biarkan mereka... menemukan yang lain..."

Sebuah ledakan besar terjadi. Cahaya dan bayangan meledak dari tubuh Eryon, menghancurkan seluruh bagian atas kuil. Langit terbuka, memperlihatkan malam yang diterangi oleh bintang-bintang.

Ketika debu mereda, Eryon berdiri di tengah reruntuhan, tetapi tubuhnya gemetar. Energi yang menyelimuti dirinya perlahan menghilang, meninggalkan ekspresi kosong di wajahnya.

Kaelen mendekatinya, pedangnya masih terhunus. "Eryon... apa yang kau lihat?"

Eryon mengangkat wajahnya, dan untuk pertama kalinya sejak pertempuran ini dimulai, ada sesuatu dalam tatapannya—kesadaran, atau mungkin ketakutan.

"Aku melihat... akhir segalanya."

Dan dengan itu, tubuhnya runtuh di atas altar yang telah hancur.

Namun, sebelum Kaelen bisa bernapas lega, Relik yang hampir hancur mulai berdenyut lagi. Cahaya keemasan dan bayangan hitam berputar, membentuk sesuatu yang baru. Alden menelan ludah. "Kaelen... Aku rasa ini belum selesai."